Sabtu, 01 Desember 2012

mata pelajaran



mata pelajaran

senin
mtk
komputer
fisika

selasa
ipa
agama
b.indonesia
kimia

rabu
bengkel

kamis
bengkel

jumat
b.inggris

sabtu
pkn
olahraga
k3
kewirausahaan

pdpl


pdpl

Kristal Logam Dan Struktur Ferro

1. Kristal Logam

Kristal logam ialah kumpulan dari atom-atom logam yang membentuk suatu susunan yang teratur.

Kristal logam terdiri dari beberapa macam bentuk tetapi dalam hal ini akan dibahas khusus kristal logam ferro.

Atom besi tersusun di dalam sebuah kristal yang berbentuk kubus ruang, yang artinya sebuah bentuk garis ruang yang titik potongnya diduduki atom-atom besi

Kristal logam terdiri dari :
     1.      Kubus pusat ruang ( Body Centered Cubic) = BCC = dalam
     2.      Kubus pusat bidang ( Face Centered Cubic) = FCC = muka
     3.      Kubus pusat tetragonal ( Body Centered Tetragonal) = BCT = hexagonal


A. KUBUS PUSAT RUANG (DALAM)
            Kristal logam atau ferro kubus pusat ruang adalah susunan atom-atom besi pada suhu dibawah 723oC, rusuk-rusuknya sama panjang a=b=c atom-atom berada pada setiap sudut kubus serta satu atom berada pada ruang sudut, jumlah atomnya 9.


B. KUBUS PUSAT RUANG (MUKA)
            Kubus pusat bidang adalah kubus pusat ruang yang berubah pada suhu 723oC dimana atom-atomnya bergerak akibat pemanasan yang membentuk kristal baru, dimana atom-atom berada pada setiap sudut kubus dan juga setiap pusat bidang, jumlah atomnya 14.



C KUBUS PUSAT TETRAGONA (HEXAGONAL)
            Kubus pusat tetragonal adalah kubus pusat bidang yang berubah akibat pendinginan yang cepat. Rusuk-rusuknya tidak sama panjang a=c≠b. Atom-atom pada setiap sudut kubus, jumlahatomnya 14.


2. Struktur ferro
            Struktur logam ferro ialah susunan-susunan yang terdapat di dalam logam tersebut (bagun dalam dari suatu macam zat).

k3


keselamatan dan kesehatan kerja 

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang terjadi ditempat kerja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja mapun keluarga pekerja. Karena frekuensi kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka banyak yang memandang sebelah mata pada program ini. Pengusaha bilang, ini cost atau buang buang biaya. Pekerja berkomentar, memperlambat pekerjaan. Dua duanya benar, jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Tapi kalau dicermati sisilainnya, tentunya pengusaha akan berpikir dua kali berkata demikian. Kenapa? Karena cost yang dikeluarkan untuk suatu insiden kecelakaan kerja akan jauh berkali lipat dibandingkan yang dikeluarkan untuk pencegahannya. Bagi pekerja, jika sudah terkena cidera atau fatality, tentu tidak akan berani berkata lagi kalau K3 itu hanya memperlambat pekerjaan.
Undang Undang dibidang K3 sudah ada sejal tahun 1970 yaitu UU no. 1 tahun 1970 yang mulai diundangkan tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahirnya K3. Namun, hingga tahun 2000anlah K3 baru mulai banyak dikenal. Kemana saja selama ini regulasi K3 tersebut diatas? Ya, mati surilah kalau boleh dikatakan begitu. Kenapa mati suri? Karena belum ada kesadaran baik dari pihak pengusaha, pekerja bahkan dari pihak Depnakertrans sendiri sebagai pengawas. Kenapa belum ada kesadaran? Karena belum tertimpa insiden kecelakaan kerja. jadi, istilahnya menunggu bola, kalau dapat bola baru bergerak. Ini pola klasik, pola pecundang. Ini sebabnya negara kita tidak maju maju, karena masih dilandasi oleh pola berpikir yang tidak efektif tersebut. Kalau saja Depnakertrans bertindak tegas, bergerak cepat, tentu kemajuan implementasi K3, sudah lebih maju daripada yang ada sekarang ini.
Lalu bagaimana caranya mengimplementasikan K3? Jika anda perusahaan besar dengan jumlah karyawan 100 orang atau lebih atau sifat kerja organisasi anda yang mengandung bahaya atau resiko yang tinggi, maka wajib mengimplementasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamtan dan Kesehatan Kerja). Jika anda perusahaan kecil dan sifat kerjanya tidak mengandung bahaya atau resiko tinggi, maka anda hanya pekerjakan seorang safety officer atau ahli K3 umum. Karena, semua tempat kerja memiliki resiko atau bahaya. Itulah definisi tempat kerja menurut UU no.1 tahun 1970. Jadi, anda harus tetap waspada dengan bahaya laten ditempat kerja. Jika bukan baha fisik instan, tentu ancaman penyakit yang mungkin saja terjadi bertahun tahun kemudian.
Jadi, sudah saatnya pengusaha dan pekerja serta pihak depnakertrans sendiri sadar untuk lebih meningkatkan performa K3 di semua organisasi di Indonesia, karena angka kecelakaan kerja di Indonesia masih lebih tinggi dibanding negara2 lainnya di Asia tenggara, bahkan di Asia. Angka yang dilaporkan pemerintahpun belum tentu angka konkrit. Masih banyak perusahaan2 yang tidak melaporkan insiden2 kecelakaan kerja yang terjadi ditempat kerjanya. Bahkan penghargaan zero accidentpun patut dipertanyakan metode penilaiannya.

Minggu, 28 Oktober 2012

GERINDA

Luka yang paling umum yang diderita ketika menggunakan gerinda adalah adanya benda asing yang mengenai mata serta tangan yang lecet. Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan FATAL baik cacat tetap atau bahkan menyebabkan kematian. Tidak ada seorangpun yang mampu bereaksi dengan baik ketika serutan logam kecil atau bahkan lempengan cakram terbang dengan liar dengan kecepatan 100 km / jam dengan jarak kurang dari 50 cm. Diharapkan disiplinnya seluruh karyawan yang patuh terhadap peraturan penggunaan gerinda dapat mengurangi bahkan menghilangkan bahaya yang selalu mengintai kita pada saat penggunakan alat ini.
BAHAYA BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN GERINDA :
1. Tidak menggunakan atau salah menggunakan alat pelindung diri
2. Tidak menggunakan atau salah penggunakan pelindung yang terdapat pada alat tersebut
3. Tidak tepat cara menggunakan / memegang alat tersebut
4. Belum terbiasa menggunakan alat tersebut
5. Salah menggunakan tipe atau ukuran cakram cakram.
6. Tidak seimbangnya dudukan cakram
7. Tidak sesuainya tipe gerinda untuk memotong material tertentu
8. Cara memotong yang terlalu keras / berat / cepat termasuk cakram yang masih dingin / baru dipakai
9. Meng-gerinda terlalu tinggi di atas pusat roda.
10. Getaran dan atau kecepatan meng-gerinda berlebihan
11. Penggunaan bantalan atau permukaan bantalan tidak memadai
12. Penggunaan pendingin (air) pada cakram yang salah
13. Kontak dengan bagian yang berputar tidak terjaga
14. Sebuah roda basah dapat menjadi tidak seimbang jika pendingin diperbolehkan untuk menumpuk pada sebagian cakram. Kondisi tidak seimbang dapat menyebabkan roda untuk hancur setelah restart.
15. Tidak dilakukan pemeriksaan sebelum digunakan.
16. Cakram yang berputar terkena matrial lainnya

BEBERAPA LANGKAH KESELAMATAN KERJA GERINDA ANTARA LAIN
1. Gunakan kacamata kerja setiap saat, meskipun sudah tersedia pelindung cakram  gerindanya.
2. Dilarang keras melepas bagian pelindung cakram
3. Selalu periksa kondisi cakram dari keretakan. Ketuk cakram dengan tangkai obeng,  bila suaranya nyaring berarti baik, dan sember beararti ada keretakan
4. Jaga kecepatan cakram sesuai ketentuan tabel kecepatan pada mesin tersebut
5. Pastikan benda kerja, dan peralatan yang lain sudah pada posisi yang benar
6. Gunakan cakram sesuai dengan jenis kerja dan benda kerjanya
7. Jangan memakankan (to feed) terlalu cepat, benda kerja antara dua senter kemungkinan akan  tertekan dan dapat merusakkan benda kerja dan cakram-nya
8. Stop seluruh motor penggerak sebelum mengatur atau menyetel mesin gerinda
9. Ketika mengasah cakram (dressing / truing) pastikan intan pengasah terletak pada posisi yang kuat dan benar
10. Jangan memeriksa dimensi (pengukuran) selama benda kerja sedang digerinda
11. Ketika memasang atau menempatkan benda kerja, pastikan cakram diundurkan atau dijauhkan agar tidak mengganggu pemasangan.
12. Jangan gunakan pakaian kerja yang panjang dan terjurai, kalung, dan perhiasan lainnya yang memungkinkan jatuh atau tersangkut selama kerja gerinda
13. Jangan tinggalkan mesin gerinda dalam keadaan hidup, pastikan mesin mati pada saat meninggalkan.
14. Penggunaan cakram maksimal 1/3 dari diameter cakram yang baru
15. Pemasangan cakram harus oleh personal yang telah diberi pelatihan
16. Seluruh Gerinda harus dalam kondisi layak yang dibuktikan oleh inspeksi kelayakan gerinda

AUTOCADD


Menggambar Part Mesin dengan Software CAD Gratisan

Selama seminggu ini untuk semua jurusan khusus siswa kelas 3  saya berikan tugas untuk membuat objek 3 dimensi dari gambar 2 dimensi dengan autocad. Karena materi 3 dimensi sudah dimulai sejak 3 minggu  yang lalu, maka saatnya mereka ujian praktek dengan soal gambar sederhana.  Karena perintah cad 3 dimensi yang diberikan baru 4 macam yaituextrude, subtract, union dan fillet maka mereka harus menggunakan logika untuk menyelesaikan gambarnya. Sebetulnya ada cara cepat namun tidak mendidik bila diberikan pada saat mulai mengenal dunia 3 dimensi seperti ini. Biarlah problem solving menjadi makanan mereka saat ini.
Ini dia gambar yang mereka kerjakan:
Sambil menunggu mereka mengerjakan soal, hari ini saya mencoba menggambar part mesin dengan software CAD gratisan yang beberapa waktu yang lalu di download. Dan uji coba software ini pernah saya publish disini. Bentuk gambar yang dibuat saya ambil dari buku Gambar Teknik Mesin SMK karangan Drs. Eka Yogaswara. Walaupun gratisan namun hasilnya cukup memuaskan menurut saya. Sampai sekarang software ini masih versi beta II dan saya menunggu versi fullnya di rilis terutama untuk Linuxnya.
Ini dia gambar yang saya buat hari ini dengan software Draft Sight yang gratis dan sangat mirip dengan AutoCAD.

LAS

Macam-Macam Teknik Las

posisi pengelasan


Posisi Di Bawah Tangan 
Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.

Posisi Tegak (vertical) 
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

Posisi Datar (horizontal) 
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.


Posisi Di Atas Kepala (Overhead) 
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

Posisi Datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.

Posisi Horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.

Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal.

Posisi Horizontal Pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
-Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun.Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode.

-Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis.
Macam-Macam Teknik Las posisi pengelasan Posisi Di Bawah Tangan Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja. Posisi Tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85...

GAMBAR


Gambar Teknik Mesin

Halo teman-teman apa kabar,,,
Hari ini saya akan membahas tentanga gambar teknik mesin, nah adapun beberapa materi yang akan saya bahas dalam artikel kali ini, diantaranya sebagai berikut:
  1. Pendahuluan (seperti biasa)
  2. Kertas
  3. Tulisan
  4. Garis
  5. Skala
  6. Alat-alat gambar
Okey teman-teman kita mulai dari yang pertama yah,

1. Pendahuluan

Gambar teknik merupakan bahasa komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide/pemikiran seseorang yang diwujudkan menjadi bentuk tertentu yang dapat dipahami, dibaca dan dimengerti oleh orang lain dalam bidang keteknikan.
Gambar teknik harus bisa dimengerti dan dipahami oleh semua pelaku teknik diseluruh dunia, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan suatu rules, aturan ataupun suatu standard yang berlaku secara global atau internasional sehingga dimanapun kita menggunakan aturan itu semua orang yang dalam bidangnya dapat memahami. Standard itu disebut dengan ISO (international Organization for Standardization).

2. Kertas

2.1. Ukuran Kertas

Ukuran dasar kertas gambar berpatokan pada A0 dengan luas 1m^2.
Ukuran kertas seri ISO-A (pilihan pertamaa)
Ukuran kertas terluar yang banyak digunakan dipilih dari seri utama ISO-A, khususnya ISO 216
Format Ukuran Kertas (mm)
A0                                                     841 x 1189
A1                                                      594 x 841
A2                                                      420 x 594
A3                                                      297 x 420
A4                                                       210 x 297
Ukuran Khusus yang diperpanjang I (pilihan kedua)
Format                                    Ukuran Kertas (mm)
A3 x 3                                              420 x 891
A3 x 4                                              420 x 1189
A4 x 3                                               297 x 630
A4 x 4                                               297 x 841
A4 x 5                                               297 x 1051
(jika dibuthkan ukuran kertas yang lebih panjang, maka digunakan ukuran kertas pada pilihan kedua di atas)
Ukuran Khusus yang diperpanjang II (pilihan ketiga)
Format                                   Ukuran Kertas (mm)
A0 x 2 *)                                        1189 x 1682
A0 x 3                                             1189 x 2523**)
A1 x 3                                              841 x 1783
A1 x 4                                              941 x 2378**)
A2 x 3                                              594 x 1261
A2 x 4                                              594 x 2102
A3 x 5                                              420 x 1486
A3 x 6                                              420 x 1261
A3 x 7                                              420 x 2080
A4 x 6                                              297 x 1261
A4 x 7                                              297 x 1471
A4 x 8                                               297 x 1682
A4 x 9                                               297 x 1892
*) sama dengan 2 kali A0 pada seri ISO-A,
**) ukuran ini sebaiknya jangan digunakan
Teman-teman ingat ya, gambar asli harus dibuat pada kertas dengan ukuran sekecil mungkin, sesuaikan dengan kebutuhan kita dalam menggambar.

2.2 Tata Letak Kertas

Perlengkapan utama yang harus ditampilkan pada kertas gambar yang akan dicetak adalah sebagai berikut:
  • Kepala gambar/ etiket;
  • Garis tepi untuk mebatasi daerah peenggambaran;
  • Tanda tengah (center marking);
  • Tanda orientasi (orientation marking);
  • Skala referensi metrik (metric reference graduation);
  • Sistem referensi kisi (grid reference system);
  • Tanda pemotongan (trimming marks)

Kepala gambar

Kepala gambar atau sering disebut dengan istilah Etiket harus ditempatkan dalam daerah penggambaran, nah,,, dalam etiket ada beberapa informasi yang terdapat di dalamnya, seperti: nama benda, nomor gambar, jumlah lembar, nomor order, tanggal, nama pembuat gambar dan sebagainya.